Pendidikan yang membodohi

Hari itu, sabtu 19 Agustus pada tahun politik menghadapi pemilihan presiden negara kardus ini. Hari itu juga Adalah hari bersandingnya dua manusia dalam ikrar cinta yang telah dihalalkan mereka adalah kawan dan saudaraku. Duduk didepan sebuah pelaminan dengan tata bunga yang indah namun menghabiskan jutaan rupiah.
Siang itu, resepsi pernikahan antara ketua pemuda/i dan istrinya begitu khitmad. Dibuka dengan lantunan ayat suci al-qur'an nan merdu. Tamu undang silih berganti menempati kursi-kursi yang telah disediakan. Ada anggota dewan dengan segala beban amanah dari rakyatnya yang. Ada para calon legislatif yang sibuk memasang wajah bersahabat dengan otak yang mulai memikirkan janji apa yang tepat untuk di obral. Para tetua adat yang terhormat

Mungkin diantara ratusan undangan ini hanya berkisar kurang dari sepuluh orang yang sempat memanjatkan do'a kepada mempelai, sementara lainnya datang hanya untuk membalas kedatangan mempelai diwaku pernikahan mereka atau sekedar datang untuk mengisi kekosongan perut.

Ya. Tradisi ditanah lomimuut pada dasarnya adalah resepsi pernikahan pada siang hari itu terkhusus untuk ibu/bapak atau yang telah menikah, sementara resepsi pernikahan pada malam hari terkhusus pada muda-mudi sekitar.
Acara siang itu terasa begitu khitmad dengan iringan orjen dari para biduan. Aih kenapa tidak menggunakan alat musik daerah? Pikirku. Ah saya lupa peninggalan budaya di daerah ini telah punah.!! Hilang entah kemana. Jangankan budaya yang hilang, museum-pun tak ada.!!

Beranjak resepsi siang tadi yang berakhr pada pukul 4.12 PM. Para undangan beranjak satu persatu dan kembali pulang dengan perut buncit kekenyangan. Para panitia resepsi sibuk membersihkan meja makan, membuang sisa-sisa makanan dan kembali menata kursi yang berhamburan tak teratur. Mempersiapkan kembali acara resepsi untuk muda mudi sebentar malam.
Ditengah keramaian itu, para mempelai kembali masuk ke kemar. Entah sekedar istirahat menghilangkan lelah atau melaksanakan ibadah, aku tak tahu. Sepastinya pintu kamar tertutup rapat.
Aih. Kapan waktuku? Dan siapa jodohku? Cetusku tak berkesudahan..

Malam ini, bagiannya para pemuda yang. Jam menunjukkan pukul 9.36 PM waktuku untuk bersiap..!!
Suasana malam begitu indah dan bersahabat. Bintang bersibar terang menabur cahaya indah pada semesta. PLN menyadari keindahan itu, hingga mereka memadamkan listrik dengan sengaja (mungkin) agar para penduduk bisa menikmati cahaya ribuan bintang diatas semesta. Ah. Pemukiman yang sungguh sangat beruntung karna tiap harinya akan ada waktu pemadaman listrik padahal pembangkit listrik dipropinsi ini bertebaran seperti kapas disegala penjuru. Tak terhitung.!!

Resepsi muda/i dimulai pumul 10.05 PM.
Para tamu undangan datang satu persatu, dengan gaun dan kemeja terbaik. Duduk berderet mengahadap pelaminan. Acarapun dimulai.
Sambutan demi sambutan terlewatkan dan begitu khitmad. Namun sayang, kekhidmatan resepsi yang mestinya sebagai ajang mendoakan agar terbentukanya keluarga sakina mawadah warohma diakhiri dengan acara disko tanah. Ya. Pada pembukaan acara dimulai dengan memuji Tuhan namun pada penghujungnya ditutup dengan rangkaian kegiatan melecehkan Tuhan.
Anehnya, secara keseluruhan remajalah yang menjadi pemain disco malam ini. Remaja yang berasal dari sekolah binaan agama Madrasah Aliyah.
Entah apa yang dipikirkan mereka, sepastinya begitu asik mereka menggoyangkan badan dengan tngan menunjuk keatas seakan berakata Lihatlah aku Tuhan.

Lantas kemana pendidikan selama ini? Jika hanya menimbuhkan generasi seperti ini? Siapa yang harus disalahkan? Sekolah agama yang mestinya menanamkan sikap keagaman beralih fungsi pada pembentukan generasi yang tak tahu adab. Pendidikan yang membodohi. Kemana manfaat pelajaran akidah ahklak atau fiqih? Yah. Hanya sebatas hafalan.
Jujur saja, melihat peristiwa malam itu. Aku sendiri rasa begitu bersedih melihat generasi negara ini. Mungkin 10 atau 20 tahun lagi. Pendidikan hanya akan mengajari para generasi arti sebuah kejujuran dengan praktek mencuri.

Dan lebih anehnya lagi ketika acara disko tanah berakhir sang emsi berkata. Marilah kita tutup dengan melafadzkan hamdalah. Aih.. Semoga saja Tuhan Tertidur agar Dia tak melihat kebiadaban ummatnya ini.

Bersambung.!!